Rabu, 21 Desember 2011

Jika kamu selamat, ingatlah, Ibu mencintaimu



mungkin ini adalah cerita lama, tetapi izinkan saya mengabadikannya di blog usang saya ini.
Ini adalah satu dari… sekian banyak kisah nyata tentang pengorbanan seorang Ibu, cerita ini terjadi di Jepang beberapa waktu lalu, ketika gempa bumi dan terjangan tsunami meluluhlantakkan negara tersebut.
Ketika gempa bumi sudah mereda, ketika tim SAR telah mencapai puing-puing bangunan rumah ibu muda tersebut, mereka melihat sesosok tubuh seorang perempuan diantara puing-puing tersebut, tetapi posisi tubuhnya sangat aneh. Dia bersimpuh layaknya orang bersujud, tubuhnya condong ke depan dan kedua tangannya seperti disangga oleh sebuah benda. Rumah yang rubuh itu telah menimpa kepala dan juga punggungnya.
Dengan penuh kesulitan, kepala tim SAR meletakkan tangannya melalui celah kecil dinding untuk menggapai tubuh wanita tersebut. Dia berharap wanita tersebut masih hidup. Tapi tubuh yang telah dingin serta kaku tersebut mematahkan keyakinannya. Dia telah meninggal.
Dia, dan juga timnya yang lain, meninggalkan rumah tersebut dan akan mencari korban dari puing-puing bangunan yang lain, tetapi karena beberapa alasan dan dorongan batin entah dari mana, ketua tim SAR tersebut tergerak untuk kembali menelusuri sisa rumah wanita tersebut. Lagi-lagi, dia berlutut dan meletakkan tangannya di ruangan kecil dibawah mayat wanita malang tersebut, tiba-tiba dia berteriak kegirangan.
“Ada anak! Lihat! Ada anak dibawah sini!”. Keseluruhan tim SAR bergegas membantu, dengan hati-hati mereka membersihkan puing-puing disekitar wanita tersebut, ada seorang bayi (yang kurang lebih berumur 3 bulan) terbungkus disebuah selimut bermotif bunga-bunga dibawah mayat ibu tersebut. Tentu saja, wanita tersebut telah melakukan pengorbanan luar biasa untuk menyelamatkan anaknya. Bayi mungil tersebut masih tertidur ketika ditemukan ketika ketua tim SAR menemukannya.
Tim medis segera memeriksa bayi tersebut, setelah mereka membuka lembaran selimut tersebut mereka melihat sebuah handphone didalamnya, terdapat sebuah pesan teks yang ada di layarnya yang berbunyi, “Jika kamu selamat, ingatlah, Ibu mencintaimu.”
Handphone tersebut beredar dari satu orang ke yang lainnya, semua yang membaca pesan tersebut bersimpuh dan menitikkan air matanya, “Jika kamu selamat, ingatlah, Ibu mencintaimu.” Sebegitu besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya!

Jumat, 02 September 2011

pemenang hadiah UTAMA fotografi Pulitzer Prize - KEVIN CARTER

Kevin carter.


Salah seorang wartawan yang mati bunuh diri. Sedikit kisah beliau yang saya baca dari salah satu majalah, memancing saya untuk mencari kisahnya lebih banyak lagi. Berikut adalah beberapa karya fotonya di daerah konflict.



Berikut adalah kisahnya dan beberapa foto di atas adalah karyanya. Sedangkan foto terakhir tersebut merupakan foto yang membuatnya mendapatkan award.


Maret 1993, Kevin carter berangkat dari Afrika selatan menuju Sudan untuk membuat liputan tentang pemberontakan yang terjadi di negara itu. Namun, sesampainya di sana, Kevin menemukan bahwa pemberontakan bukan masalah terburuk, namun kelaparanlah masalah utama di daerah tersebut.


Ketika mengunjungi sebuah kampung, tiba-tiba kevin mendengar rengekan anak-anak yang membuat langkah Kevin terhenti. Setelah dia mencari dan memperhatikan sekeliling, Ia menemukan seorang anak perempuan sedang duduk bersujud di atas tanah tidak jauh darinya. Anak yang menangis tidak mengenakan pakaian tersebut sedang duduk melepaskan lelah karena tidak berdaya lagi untuk berjalan ke pusat bantuan makanan. Si kecil itu menangkupkan kepala ke tanah dan memejamkan mata. Nafasnya lemah dengan tulang-tulangnya yang menonjol. Tidak jauh darinya, tampak seekor burung pemakan bangkai sedang berdiri memperhatikan anak tersebut. Namun Kevin tidak segera mengambil kameranya, tetapi menunggu sang burung meninggalkan anak itu. tetapi setelah dua puluh menit menanti, burung itu tak juga pergi, Kevin segera mengambil gambar anak tersebut dan bergegas berlalu ke tempat lain. (gambar ke Lima)



Gambar itu dijualnya kepada majalah NEW YORK TIMES dan pada tanggal 26 Maret 1993, gambar tersebut diedarkan. Tanpa di duga, hari itu juga meja redaksi majalah tersebut tidak putus-putus menerima panggilan dari para pembaca yang menanyakan tentang anak kecil itu. Sang pengarang yang merupakan redaksi majalah tersebut menyatakan bahwa, anak itu tidak menjadi mangsa buruk itu, tetapi nasibnya tidak diketahui setelah itu.



Setahun kemudian, tanggal 2 April 1994, Kevin mendapat telephon dari redaksi NEW YORK TIMES, bahwa gambarnya telah dipilih sebagai pemenang UTAMA fotografi Pulitzer Prize. Kevin menerima penghargaan itu tanggal 23 Mei 1994 di Colombia university, AS. Namanya melonjak, hadiah tersebut merupakan anugerah tertinggi dalam karier wartawan. Namun, dua bulan kemudian pada tanggal 27 Juli 1994, dunia kewartawanan dihebohkan oleh berita kematiannya.


Kevin mati bunuh diri. Mayat Kevin ditemui di dalam truk di tebing sungai Braamfonteinspuit, Afrika selatan. Dia bunuh diri dengan cara menyalurkan asap dari ekzoske dalam kendaraanya. Di sisi mayatnya ditemukan selembar catatan yang bertuliskan :

"AKU TERTEKAN..TIADA TELEFON..DUIT SEWA..DUIT UNTUK MEMBANTU ANAK-ANAK..HUTANG..DUIT!!!! AKU DIHANTUI INGATAN-INGATAN YANG MENAKUTKAN TENTANG KEMATIAN,

MAYAT, KEMARAHAN, KESAKITAN.. ANAK-ANAK YANG KELAPARAN DAN LUKA, ORANG YANG GEMBIRA APABILA MELAKUKAN PENGRUSAKAN, BIASANYA POLISI, SI PEMBUNUH.. AKU INGIN PERGI UNTUK MENYERTAI KEN, ITU PUN KALAU AKU BERNASIB BAIK."


Ken Oosterbroek, merupakan sahabat baik kevin. Dia terbunuh sebulan sebelum ke Tokaza, akibat tertembak secara tidak sengaja saat merekam gambar pertempuran.


Menurut sahabat-sahabat kevin, setelah mengambil gambar anak-anak kelaparan di Sudan, Kevin dihantui pemandangan tersebut. kevin duduk di bawah sebatang pokok dan menangis tak henti-henti. Dia tertekan dan berusaha untuk melupakan kejadian itu, namun semuanya gagal. Kecaman dari berbagai pihak yang marah karena dia tidak membawa anak-anak itu ke pusat makanan sebaliknya hanya mementingkan profesinya melebihi naluri kemanusian hakiki, yang menambah tekanannya.


Kevin telah berusaha menjelaskan bahwa dia tidak berani menyentuh anak-anak tersebut karena ia takut terjangkit berbagai penyakit, namun kecaman yang diterimanya terlalu berat untuk ditanggungnya, ditambah lagi dengan masalah keuangan yang menghimpitnya, akhirnya ia membunuh diri.


Cukup berat memang menjadi wartawan di daerah konflict, karena keadaan yang begitu tragis di daerah tersebut membawa dampak yang cukup besar untuk diri sendiri.


Berikut adalah wajah sang pemenang Pulitzer tersebut - Kevin carter

Senin, 29 Agustus 2011

Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana

Hari ini aku Tiba-tiba terisak.

Entah mengapa. Aku sedih sekali hari ini. Kini aku sudah menikah selama lebih dari 10 tahun. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Seharusnya Aku berhak punya suami yang sudah mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan mobil bagus. Bisa membelikan aku baju2 dan perhiasan, bisa mengajakku menginap di sebuah resort . Bukannya aku yang harus bingung mengelola uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilan suamiku tidak begitu besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir. Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membungkus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya De, aku cuma bisa ngasih ini. .. Nggak bagus ya De?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah jam tangan sederhana berwarna putih keperakan. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Aku belum mampu membahagiakan kamu dan anak-2, Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk jam tangan ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya.

Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyebabkan dia tidak mampu menunjukkan kasih sayangnya secara nyata kepada istri dan anak-2nya selama ini. Hal itu pula yang menyeret dayanya untuk bisa membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan.

"Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu sudah ngasih aku anak-2 yang ganteng dan cantik-2 serta pintar.'," senyumku sambil berusaha menahan tangis. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya sangat besar padaku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia.

Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Referensi Lainnya : http://forumbisnisdanpromosi.blogspot.com/2011/08/inikah-jatuh-cinta.html

Senin, 22 Agustus 2011

Matematika Wudhu, Anatomi Manusia dan Hitungan Hari


Seorang dokter ahli bedah yang berprofesi juga sebagai staf pengajar anatomi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menemukan fenomena wudhu yang sangat berkaitan dengan anatomi tubuh manusia khususnya tulang.


Bertahun-tahun menggeluti ilmu bedah dan anatomi, akhirnya dokter tersebut menyimpulkan bahwa jumlah bilangan ruas tulang yang kita basuh setiap kali berwudhu sama dengan jumlah keseluruhan tulang manusia dan sama dengan jumlah bilangan hari dalam 1 tahun hijriah.


Kebanyakan manusia tidak pernah memperhatikan jumlah tulangnya sendiri, bahkan seorang dokter sekalipun. Menurut ilmu anatomi, jumlah tulang manusia dewasa adalah 206 ruas (Henry Netter, 1906). Akan tetapi secara embriologis, pusat penulangan semasa kehidupan janin dalam kandungan adalah sekitar 350-an pusat penulangan (Leslie Brainerd Arey, 1934), yang kemudian banyak pusat-pusat penulangan yang menyatu, membentuk satu tulang dewasa. Bilangan pusat penulangan itu ternyata dekat dengan bilangan hari dalam satu tahun.


Dalam kaitannya dengan ritual wudhu, pembasuhan anggota wudhu kebanyakan sebanyak 3 kali, dan ada yang 1 kali (membasuh kepala dan telinga). Coba kita perhatikan jumlah tulang penyusun bagian-bagian tubuh yang dibasuh pada saat wudhu;


A. Lengan dan tangan (30 buah)
1 buah tulang lengan atas
2 buah tulang lengan bawah
8 buah tulang pergelangan tangan
19 buah tulang telapak dan jari-jari


B. Tungkai dan kaki (31 buah)

2 tungkai bawah
8 buah tulang pergelangan kaki
21 buah tulang telapak dan jari-jari


C. Wajah (12 buah)
1 buah tulang dahi
1 buah tulang baji
1 buah rahang atas
1 buah rahang bawah
1 buah tulang air mata
1 buah tulang pelipis
2 buah tulang hidung
2 buah tulang pipi

D. Rongga mulut dan hidung (41 buah)
32 gigi geligi
1 buah tulang langit-langit
1 buah rahang
7 buah sekat dan karang hidung


E. Kepala dan telinga (12 buah)

2 buah tulang pelipis
2 buah tulang ubun-ubun
1 buah tulang
1 buah tulang baji
1 buah tulang dahi
1 buah tulang belakang kepala
6 buah tulang pendengaran


Bagian tubuh poin A - D dijumlahkan : 30+31+12+41= 114.


Angka tersebut dikalikan 3 oleh karena saat wudhu, dilakukan pembasuhan sebanyak 3 kali, menjadi : 114 x 3= 342.


Poin E tidak dikalikan 3 karena saat wudhu, kepala dan telinga dibasuh hanya 1 kali. Angka 342 dijumlahkan dengan 12 didapatkan angka 354.


Angka ini sama dengan jumlah seluruh jumlah hari dalam 1 tahun hijriah, sekaligus sama dengan jumlah seluruh tulang manusia. Dengan demikian membasuh anggota tubuh saat wudhu seakan-akan sudah membasuh seluruh tubuh. Apakah ini suatu kebetulan??


http://situslakalaka.blogspot.com/2011/04/matematika-wudhu-anatomi-manusia.htm

Surat Untuk Bunda Dari Bayi Yang di Aborsi



Teruntuk Bundaku tersayang...


Dear Bunda...

Bagaimana kabar bunda hari ini? Smoga bunda baik-baik saja...nanda juga di sini baik-baik saja bunda... Allah sayang banget deh sama nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda, sebagai bukti cinta nanda sama bunda....



Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah merelakan rahimnya untuk nanda diami walaupun hanya sesaat...



Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama nebeng di rahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman di dunia ini... tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik, nanda pun rela menukarkan kehidupan nanda demi kebahagiaan bunda. Walaupun dulu, waktu bunda meluruhkan nanda, sakit banget bunda....badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik... dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikan apalagi hati nanda, nyeri, merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan.



Tapi nanda tidak kecewa kok bunda... karena dengan begitu, bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam syurga Nya.



Bunda, nanda mau cerita, dulu nanda pernah menangis dan bertanya kepada Allah, mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan membiarkan nanda sendirian di sini? Apa bunda tidak sayang sama nanda? Bunda tidak ingin mencium nanda? Atau jangan-jangan karena nanti nanda rewel dan suka mengompol sembarangan? Lalu Allah bilang, bunda kamu malu sayang... kenapa bunda malu? karena dia takut kamu dilahirkan sebagai anak haram... anak haram itu apa ya Allah? Anak haram itu anak yang dilahirkan tanpa ayah... Nanda bingung dan bertanya lagi sama Allah, ya Allah, bukannya setiap anak itu pasti punya ayah dan ibu? Kecuali nabi Adam dan Isa? Allah yang Maha Tahu menjawab bahwa bunda dan ayah memproses nanda bukan dalam ikatan pernikahan yang syah dan Allah Ridhoi. Nanda semakin bingung dan akhirnya nanda putuskan untuk diam.



Bunda, nanda malu terus-terusan nanya sama Allah, walaupun Dia selalu menjawab semua pertanyaan nanda tapi nanda mau nanyanya sama bunda aja, pernikahan itu apa sih? Kenapa bunda tidak menikah saja dengan ayah? Kenapa bunda membuat nanda jadi anak haram dan mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda dan tidak memberi kesempatan nanda hidup di dunia dan berbakti kepada bunda? Hehe,,,maaf ya bunda, nanda bawel banget... nanti saja, nanda tanyakan bunda kalau kita ketemu J



Oh ya Bunda, suatu hari malaikat pernah mengajak jalan-jalan nanda ke tempat yang katanya bernama neraka. Tempat itu sangat menyeramkan dan sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda di syurga. Di situ banyak orang yang dibakar pake api lho bunda...minumnya juga pake nanah dan makannya buah-buahan aneh, banyak durinya...yang paling parah, ada perempuan yang ditusuk dan dibakar kaya sate gitu, serem banget deh bunda.



Lagi ngeri-ngerinya, tiba-tiba malaikat bilang sama nanda, Nak, kalau bunda dan ayahmu tidak bertaubat kelak di situlah tempatnya...di situlah orang yang berzina akan tinggal dan disiksa selamanya. Seketika itu nanda menangis dan berteriak-teriak memohon agar bunda dan ayah jangan dimasukkan ke situ.... nanda sayang bunda... nanda kangen dan ingin bertemu bunda... nanda ingin merasakan lembutnya belaian tangan bunda dan nanda ingin kita tinggal bersama di syurga... nanda takut, bunda dan ayah kesakitan seperti orang-orang itu...



Lalu, dengan lembut malaikat berkata... nak,kata Allah kalau kamu sayang, mau bertemu dan ingin ayah bundamu tinggal di syurga bersamamu, tulislah surat untuk mereka... sampaikan berita baik bahwa kamu tinggal di syurga dan ingin mereka ikut, ajaklah mereka bertaubat dan sampaikan juga kabar buruk, bahwa jika mereka tidak bertaubat mereka akan disiksa di neraka seperti orang-orang itu.



Saat mendengar itu, segera saja nanda menulis surat ini untuk bunda, menurut nanda Allah itu baik banget bunda.... Allah akan memaafkan semua kesalahan makhluk Nya asal mereka mau bertaubat nasuha... bunda taubat ya? Ajak ayah juga, nanti biar kita bisa kumpul bareng di sini... nanti nanda jemput bunda dan ayah di padang Mahsyar deh... nanda janji mau bawain minuman dan payung buat ayah dan bunda, soalnya kata Allah di sana panas banget bunda... antriannya juga panjang, semua orang sejak jaman nabi Adam kumpul disitu... tapi bunda jangan khawatir, Allah janji, walaupun rame kalo bunda dan ayah benar-benar bertaubat dan jadi orang yang baik, pasti nanda bisa ketemu kalian.



Bunda, kasih kesempatan buat nanda ya.... biar nanda bisa merasakan nikmatnya bertemu dan berbakti kepada orang tua, nanda juga mohon banget sama bunda...jangan sampai adik-adik nanda mengalami nasib yang sama dengan nanda, biarlah nanda saja yang merasakan sakitnya ketersia-siaan itu. Tolong ya bunda, kasih adik-adik kesempatan untuk hidup di dunia menemani dan merawat bunda saat bunda tua kelak.



Sudah dulu ya bunda... nanda mau main-main dulu di syurga.... nanda tunggu kedatangan ayah dan bunda di sini... nanda sayang banget sama bunda....muach! [gallerydunia.com]

Jangan Pernah Kecewakan Seseorang Dengan Janjimu

Jam sudah menunjukkan angka sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tengah. Tentu saja istri dan putriku Biyan sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar Biyan masih terbuka? Aku tertegun saat berdiri di depan pintu kamar Biyan. Biyan tertidur di meja belajarnya ditangan kanannya masih memegang pinsil dan sepertinya ia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.



"Tumben anak ini minum kopi," pikirku.



Kuangkat dia ketempat tidur. Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis Biyan. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan-tulisannya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.



Di lembaran pertama dia menulis : "Hari ini Ayah tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin Ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu Ayah."



Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu Biyan mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos.



"Ayah nanti sore ada kegiatan nggak sih," sapa Biyan saat aku akan pergi kerja.

"Ada apa sayang," jawabku.



"Ayah mau nggak menemani Biyan ke toko buku?"

"Kalau Ayah nggak sibuk nanti sore akan Ayah usahakan menemani kamu yach".



"Terima kasih, Ayah," ucap Biyan dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.



Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini Ayah tidak jadi lagi menemaniku ke toko kaset, padahal aku ingin sekali mendengar lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani Ayah. Tapi lagi-lagi Ayah sibuk".



Dan aku ingat lagi kalau Biyan memang pernah mengajakku menemaninya membeli kaset.



Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini, "Ayah nanti sore sibuk nggak atau Ayah nanti sore ada kegiatan?"



Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.



Di lembaran terakhir dia menulis

"Hari ini dan untuk kesekian kalinya Ayah tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak Ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku udah janji sama Pak Mat kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat pak Mat lewat depan rumahku, aku katakan pada pak Mat kalau aku akan pergi bersama Ayah ke pasar malam dan aku akan membeli boneka pak Mat.



Karena Ayah masih belum pulang pasti pak Mat sudah menjualnya. Pak Mat maafkan Biyan yah. Besok pagi akan Biyan tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mat kalau Biyan tidak bisa pergi ke pasar malam. Kali ini Biyan yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Mat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan.



Dia selalu bilang, 'maaf yah neng, pak Mat terlambat'. Padahal menurutku pak Mat nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Mat selalu minta maaf padahal pak Mat kan nggak punya salah pada Biyan. 'Iya neng, Pak Mat tidak ingin mengecewakan neng Biyan kemaren kan sudah bilang kalau pak Mat nganterin pesanan neng Biyan pagi-pagi sebelum neng pergi kesekolah.



Coba kalau pak Mat datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Mat nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan'.



Aku jadi ingat sama Ayah, Ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena Ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap Ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan Ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf Ayah".



Aku menangis membaca tulisan Biyan, kudekati dia di pembaringan sambil kupandangi wajah yang polos. Biyan putriku sayang, maafkan Ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada Biyan atas janji-janji yang tidak pernah kupenuhi padanya.



Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan-tulisannya. Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan Ayah. Biyan, Ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu. [gallerydunia.com]

Jumat, 05 Agustus 2011

Kisah Wanita Buta dan Suaminya yang Setia

Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita muda dengan tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus. Dengan tangannya yang lain di meraba posisi dimana sopir berada, dan membayar ongkos bus. Lalu berjalan ke Dalam bus mencari-cari bangku yang kosong dengan tangannya.


Setelah yakin bangku yang dirabanya kosong, dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.

Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yang penuh dengan ambisi menaklukan dunia, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungannya.

Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya. Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan yang selama ini dicita-citakan.

Merasa tak berguna dan tak ada seorang pun yang sanggup menolongnya selalu membisiki hatinya. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku?" dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon, dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.

Diantara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai suami yang begitu penyayang dan setia, Burhan. Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya. Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang.

Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam kedalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belum menjadi buta.

Burhan tahu, ini adalah perjuangan yang tidak gampang. Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit. Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dengan terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile. Dengan harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan. Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?

Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan. Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian. Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yang akan melindunginya ketika sendirian? Begitulah yang berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa. Tapi Burhan membimbing Jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin musti belajar huruf Braile.

Dengan sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yang dituju. Dengan Susah payah dan tertatih-tatih Yasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin. Lengkap dengan seragam dinas security.

Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dengan hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dengan musibah yg dialaminya.

Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu. Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. "Saya buta, tak bisa melihat!" teriak Yasmin. "Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya." Burhan hancur hatinya mendengar itu. Tapi dia sadar apa yang musti dilakukan.

Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri. Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte. Berjalan dengan tongkatnya. Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya, di manapun dia berada.

Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dengan tenang Burhan pergi ke tempat dinas. Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami yang begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu Diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.

Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar. Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar, dengan mengendarai bus kota sendirian.

Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, "saya sungguh iri padamu". Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. "Anda bicara pada saya?" " Ya", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu". Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dengan tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri? "Apa maksud anda?"

Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. "Kamu tahu," jawab sopir bus, "Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dengan seragam militer selalu berdiri di sebrang jalan. Dia memperhatikanmu dengan harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yang memperhatikan dan melindungimu".

Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tersebut, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yang lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yang tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yang membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.